Jauh sebelum industri terjemahan modern berkembang sebagai salah satu tonggak transmisi kebudayaan lintas peradaban, layanan jasa ini sudah ada sejak abad ke-3 Sebelum Masehi.
Sejarah mencatat Alkitab berbahasa Ibrani sebagai dokumen teks pertama yang diterjemahkan.
Kala itu, rezim pemerintahan Ptolemy II Philadelphus atau Firaun memerintahkan 72 cendekiawan dari 12 suku di Israel untuk menggarap proyek penerjemahan Alkitab berbahasa Ibrani ke dalam bahasa Yunani.
Terjemahan Alkitab yang dialihbahasakan di ibu kota Mesir, Alexandria itu kemudian dinamakan sebagai Septuagint, yang dalam istilah Yunani berarti “tujuh puluh” merujuk jumlah penerjemahnya.
Alkitab berbahasa Yunani ini kemudian diterjemahkan lagi ke berbagai bahasa, di antaranya Bahasa Koptik, Georgia, Latin, Armenia, dan banyak lainnya.
Sementara itu, para cendekiawan menyebut aktivitas pengalihbahasaan ini sebagai translatio (Yunani: membawa) yang kemudian dikenal sebagai translation atau terjemahan.
Sejarah terjemahan di abad pertengahan
Di abad pertengahan, Spanyol menjadi pusat penerjemahan dunia ketika Islam mencapai masa kejayaannya.
Para cendekiawan Eropa berbondong-bondong mempelajari dan menerjemahkan dokumen-dokumen yang tersimpan rapi di kota arsip Toledo, Spanyol.
Dokumen lintas bidang dari karya ilmiah, agama, medis, filsafat yang sebagian besar berbahasa Yunani, Ibrani, Arab diterjemahkan ke dalam bahasa latin, Inggris dan Perancis.
Terjemahan dokumen ilmu pengetahuan berbahasa latin selanjutnya turut membidani pesatnya peradaban Renaisans di Eropa.
Sejarah terjemahan modern
Terus meningkatnya kebutuhan akan terjemahan, membuat peradaban penerjemahan modern bergerak dengan sangat cepat. Dari pengalihbahasaan yang dilakukan secara manual, aktivitas penerjemahan berkembang dengan munculnya eksperimen terjemahan mesin pertama bernama Georgetown-IBM pada medio 1950-an.
Berpuluh tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2012, raksasa teknologi Google meluncurkan mesin terjemahan otomatis bernama Google Translate.
Sekitar 103 bahasa di seluruh dunia dapat diterjemahkan melalui mesin penerjemahan super canggih ini. Bahkan pengguna dapat mengantonginya kemana pun bersama ponsel pintar.
Tak sekadar menerjemahkan bahasa, Google Translate juga hadir dengan beragam fitur canggih yang memudahkan aktivitas penerjemahan sehari-hari. Mesin terjemahan otomatis ini dapat mengenali informasi di dalam suara dan gambar yang diinput pengguna.
Namun demikian, kendati dapat menerjemahkan berbagai bahasa, Google Translate bukanlah mesin terjemahan tanpa cela. Mesin terjemahan ini belum dapat memahami secara utuh konteks dalam sebuah teks yang menjadi salah satu aspek penting dalam kerja penerjemahan.
Karena belum dapat memahami sepenuhnya konteks informasi yang diterjemahkan, terjemahan Google Translate pun kerap terasa kaku, bahkan tidak jarang meleset dari konteks kalimat yang dimaksud.
Maka tak heran, mesin terjemahan otomatis ini belum dapat menggantikan peran manusia dalam alur kerja industri penerjemahan profesional.
Meski masih memiliki banyak kelemahan, tak dapat ditampik kehadiran Google Translate mengubah aktivitas penerjemahan dunia. Mesin ini harus diakui, memudahkan jutaan awam, setidaknya mengenali arti dasar dari sebuah kata maupun kalimat.
Proses pemahaman informasi lintas bahasa pun jadi berkembang beratus langkah lebih mudah dan cepat dengan kehadiran Google Translate.
Kamu hanya perlu memasukkan kata atau bahkan memotret gambar berbahasa asing menggunakan mesin pintar ini dan memperoleh terjemahan yang kamu inginkan.
Demikian aktivitas terjemahan berkembang dari abad ke abad sejak Alkitab berbahasa Ibrani diterjemahkan hingga mesin terjemahan memudahkan aktivitas berbahasa masyarakat dunia.
Satu hal yang tidak akan pernah berubah, aktivitas terjemahan akan selalu “membawa” pesan dari satu bahasa ke bahasa melewati ruang dan waktu.