Sebuah studi mengungkapkan bahwa komunikasi lisan dapat menyebabkan seseorang cenderung tidak teliti dalam berbahasa, terutama ketika berkomunikasi secara tertulis. Hal ini juga terjadi dalam penggunaan bahasa Indonesia.

Bila tidak membiasakan diri menulis dalam bahasa Indonesia yang baik, benar, terarah, dan sadar-tujuan, seorang penutur bahasa Indonesia asli mudah tergelincir dan terbata-bata saat merangkai kata dan menempatkan bahasa baku/tidak baku secara ideal ke dalam tulisan.

Bahkan, tidak jarang, tulisan bahasa Indonesia bercampur dengan kosakata berbahasa asing. Sifat bahasa yang sangat luwes, sekaligus manipulatif, memang memungkinkan hal itu terjadi. 

Akan tetapi, kenyataannya, apa yang dapat diterima dalam komunikasi lisan tidak serta-merta dapat digunakan saat menulis. Apalagi jika jenis tulisannya teknis, seperti dokumen hukum dan medis.

Dampak kesulitan menulis dalam bahasa Indonesia ini kemudian merambat ke jenis pekerjaan yang menggunakan teks sebagai medium penyampaian pesan. Salah satunya, industri terjemahan.

Tidak banyak pengguna jasa yang menyadari bahwa salah satu tantangan terbesar para penerjemah (umumnya pemula) di Tanah Air justru bukan kemampuan berbahasa asing, melainkan kecakapan berbahasa Indonesia.

Salah satu fakta lapangan yang jamak ditemukan dalam industri terjemahan kiwari ini terasa betul pengaruhnya pada hasil terjemahan ke dalam bahasa Indonesia.

Agensi lokal kenyang pengalaman soal ini. Terlebih ketika menaungi sejumlah penerjemah lepas pemula di dalam proyek penerjemahan.

Beda antara penerjemah pemula dan penerjemah senior

Globalisasi boleh dibilang berperan besar dalam membuat penutur asli bahasa Indonesia kesulitan menggunakan bahasa ibunya dengan luwes dalam menulis dan menerjemahkan. Eksotisme bahasa asing cenderung membuat penerjemah pemula asyik menggeluti bahasa asing yang mereka pelajari, tetapi lalai menguasai bahasa Indonesia untuk tujuan profesional.

Alhasil, tidak jarang penerjemah pemula lebih cakap menulis dalam bahasa asing ketimbang bahasa Indonesia. Ketidakcakapan menulis dalam bahasa Indonesia tersebut lantas berdampak pada hasil terjemahan yang buruk.

Selain permasalahan mendasar itu, deretan persoalan berikut kian membuat kusut hasil terjemahan bahasa Indonesia para penerjemah pemula. 

Tidak paham tujuan penerjemahan

Memahami tujuan akhir dari teks yang diterjemahkan membantu suksesnya proses penerjemahan secara keseluruhan. Penerjemahan teks pemasaran, misalnya, lebih mementingkan isi dan efek pesan daripada bentuk dan struktur teks.

Umumnya, penerjemah pemula mengabaikan hal ini dan cenderung idealis (baca: mekanis) saat menerjemahkan.

Sementara itu, penerjemah senior yang terbiasa menangani beragam dokumen sudah dapat mengatasi ego mereka dan lebih mengutamakan tujuan akhir terjemahan.

Ambiguitas dalam teks

Dengan bekal pengetahuan yang luas dan lebih mendalam, seorang penerjemah senior umumnya sanggup mengatasi kesulitan terkait struktur tata bahasa dan kosakata bahasa asing yang spesifik.

Sementara itu, penerjemah pemula umumnya kesulitan menghadapi hal ini sehingga, imbasnya, hasil terjemahan mereka meleset dari konteks dan diruyaki tata bahasa yang semrawut.

Konteks dan kepekaan budaya

Bahasa dan kebudayaan erat kaitannya. Tak heran, saat menerjemahkan teks-teks tradisional, teks tentang praktik budaya atau ekspresi humor masyarakat di belahan dunia tertentu, penerjemah harus cermat mengenali konteks dan latar budayanya.

Persoalan ini umumnya kerap diabaikan penerjemah pemula. Sementara itu, penerjemah senior lebih berhati-hati menyikapi hal ini sehingga proses verifikasinya lebih berlapis.

Mana lebih baik: penerjemah pemula atau senior?

Pada dasarnya, semua tergantung kebutuhan dan biaya. Jika dokumen yang kamu terjemahkan berkaitan dengan legalitas hukum, penggunaan jasa penerjemah senior atau penerjemah tersumpah sangat dianjurkan.

Sementara itu, jika dokumen yang kamu terjemahkan memiliki beban pertanggungjawaban yang lebih ringan, tidak ada salahnya memilih jasa penerjemah pemula. Selain biaya yang dipatok lebih murah, penerjemah pemula juga tidak seburuk yang dibayangkan. Sebab, tidak sedikit penerjemah pemula yang dapat belajar dengan cepat serta terbuka menerima masukan klien.

Jika kamu memiliki dana lebih, agensi penerjemahan dapat menjadi solusi penerjemahan yang ideal. Mayoritas agensi penerjemahan memiliki komposisi tim yang  terdiri atas penerjemah pemula (baik lepas maupun internal) dan penerjemah senior yang menempati pos penting dalam proses produksi terjemahan, penyuntingan, penyeliaan.

Keberadaan penerjemah senior di tahap lanjutan proses terjemahan (penyuntingan dan penyeliaan) memungkinkan hasil terjemahan berbahasa Indonesia tetap terjaga kualitasnya.

Kendati setiap penerjemah lepas menerapkan proses swasunting atau penyuntingan mandiri, kendali mutunya tidak seefektif agensi, yang melibatkan banyak penerjemah.

Sebab, bukan tidak mungkin hasil terjemahan masih menyimpan cacat, baik di level tanda baca, diksi, istilah teknis, tata bahasa, atau bahkan gaya. Di titik itulah proses produksi agensi lebih efektif, dengan proses kendali mutu ketat dan pengawasan penerjemah senior.

Nah, jika kamu memprioritaskan proses kendali mutu, dan pengadaan sumber daya yang sistematis, jasa agensi penerjemahan menjadi solusi yang lebih relevan.

Hubungi kami

×