Tantangan Umum Menjadi Penerjemah  

Setiap profesi punya tantangannya masing-masing, tidak terkecuali penerjemah. Dengan kemajuan zaman yang diwarnai dominasi teknologi digital, lingkungan kerja penerjemah pun terus berubah dengan invensi macam-macam alat bantu yang sebelumnya tidak menjadi norma dalam profesi ini. Artinya, penerjemah profesional juga dituntut untuk berjalan beriringan dengan perubahan dan kemajuan ini, yang tidak cuma mengefisienkan kerja, tetapi juga kadang menghadirkan tantangan. 

Contoh paling dekat adalah akses publik ke mesin penerjemahan. Hanya dengan akses internet—yang kini juga dimiliki sebagian besar masyarakat, siapa pun “dapat menerjemahkan” atau setidak-tidaknya dapat memanfaatkan hasil terjemahan mesin tersebut. Kalau mesin sudah cukup, mungkin penerjemah manusia tak lagi dibutuhkan. Inilah salah satu kekhawatiran yang meliputi kalangan penerjemah profesional beberapa tahun terakhir. Tetapi, di saat bersamaan, mesin menjadi alat bantu yang digunakan industri bahasa untuk mengefisienkan kerja penerjemahan. Dalam lingkungan semacam ini, penerjemah manusia berperan untuk “memperbaiki” terjemahan mesin agar mencapai standar terjemahan bermutu. Artinya, kompetensi penerjemah profesional harus mampu melampaui kompetensi mesin, yang juga terus berkembang ini. 

Walau tantangannya makin besar, bukan berarti profesi penerjemah tidak lagi menjanjikan. Justru karena ragam kesulitan itu, profesi ini semakin menarik untuk digeluti sekaligus menambah nilai seorang penerjemah yang mampu mengatasi kesulitan-kesulitan itu. Hasilnya, penerjemah dengan kemampuan ini akan semakin dibutuhkan dan dibayar dengan harga tinggi. 

Berikut ini beberapa tantangan dalam menggeluti profesi penerjemah. 

Bahasa Itu Ternyata Tidak Mudah 

Saking seringnya digunakan, bahasa sering kali disepelekan. Banyak orang menganggap bahasa sebagai hal yang terberi, sudah begitu dari sananya. Sebagai alat komunikasi utama, anggapan umum yang muncul adalah bahwa semua orang pasti sudah bisa berbahasa tanpa harus mempelajarinya secara mendalam. 

Sebaliknya, pandangan semacam ini tidak tepat, karena bahasa itu kompleks. Menggunakan bahasa ibu mungkin sudah jadi kemampuan terberi tiap orang, tetapi mempelajarinya sebagai ilmu tentu lain cerita. Tantangan ini makin terasa besar ketika seorang penerjemah mempelajari bahasa selain bahasa ibunya. 

Hal ini amat wajar, karena tiap bahasa memiliki struktur yang khas serta beragam kaidah untuk memandu penutur dalam penggunaannya di lingkup tertentu. Di dalam bahasa, tak hanya aspek linguistik yang bekerja, tetapi ada pula aspek-aspek nonbahasa seperti konteks, latar sejarah, dan berbagai hal lain yang membuatnya kompleks, tidak begitu-begitu saja. Berbagai aspek itulah yang membentuk bahasa, yang digunakan orang-orang untuk berkomunikasi. 

Penerjemah profesional perlu memahami seluk-beluk bahasa hingga taraf tertentu yang jadi bekalnya dalam menghasilkan produk terjemahan bermutu. Pernah belajar atau kuliah jurusan bahasa tidak serta-merta berarti seseorang menguasai kecakapan yang dibutuhkan untuk jadi penerjemah. Sebaliknya, tak wajib jadi lulusan program studi bahasa untuk bisa mendalami bahasa. Dalam kaitannya dengan kecakapan dasar profesi, penerjemah harus mau membuka hati dan pikirannya untuk terus belajar dan disiplin mengaplikasikan ilmunya. 

Penguasaan Bahasa Sumber dan Sasaran yang Tidak Tuntas 

Masih berhubungan dengan tantangan yang pertama, yaitu anggapan bahwa bahasa adalah perkara gampang, sebagian penerjemah hanya mempelajari bahasa-bahasa yang menjadi lahan garapannya secara ala kadarnya. Mereka hanya menguasai hal-hal yang digunakan untuk komunikasi harian, misalnya, tanpa terus memperkaya khazanah bacaannya. Akibatnya, ketika berhadapan dengan ragam teks dalam proyek terjemahan, bisa jadi penerjemah akan kelimpungan karena tak akrab dengan ragam itu. 

Mengapa penerjemah perlu membaca? Bahasa bertumbuh kembang salah satunya lewat medium tulisan. Jika penerjemah hanya bergantung pada metode belajar formal ilmu bahasa, pengalamannya mungkin relatif terbatas. Membaca ragam tulisan dan mempelajari ragam tuturan dalam realitas kebahasaan masyarakat memberi wawasan luas bagi penerjemah mengenai berbagai skenario penggunaan bahasa. Jika penerjemah tidak akrab dengan bentuk-bentuk diksi, susunan kalimat, dan  gramatika dalam ragam teks yang dia terjemahkan, maka akan sulit baginya untuk memahami maksud teks sumber serta menghasilkan terjemahan yang akurat dan alami. 

Tak jarang, penguasaan bahasa sumber yang tidak memadai menimbulkan kesalahan akurasi dalam teks sasaran. Jika hal ini sampai terjadi, maka tujuan pengalihbahasaan jelas tidak tercapai. Jika penerjemah tidak jeli dalam proses kendali mutunya, sehingga dia gagal mengidentifikasi terjemahan yang menyeleweng dari maksud aslinya itu, ada banyak risiko. Salah satunya, terjemahan yang keliru itu bisa-bisa mengakibatkan kesalahpahaman yang fatal. 

Persaingan Ketat di Kalangan Penerjemah 

Sebagai profesi yang menjanjikan, sudah tentu begitu banyak orang ingin menggeluti profesi penerjemah. Apalagi di era digital ini, pengalihbahasaan menjadi ladang cuan yang menggiurkan. Internet telah menghubungkan penjuru dunia yang satu dengan penjuru dunia yang lain, dan penerjemah adalah jembatan antara penjuru dunia itu. Kesempatan yang terbuka lebar ini tentu tidak akan disia-siakan oleh banyak orang. 

Di seluruh dunia, kurang lebih ada 640.000 orang yang tercatat sebagai penerjemah. Ada yang dibayar dengan mata uang lokal negaranya, ada pula yang menukar jasanya dengan bayaran mata uang asing. Bursa kerja penerjemah amat besar. Layaknya pasar bebas, semua bebas mengadu kelihaian menerjemahkan, juga mengadu keberuntungan. 

Namun, hanya penerjemah yang benar-benar berkualitas dan memiliki nilai tinggilah yang pada akhirnya akan bertahan dalam arena. Dan untuk menjadi seorang penerjemah berkualitas dibutuhkan jam terbang tinggi, kecakapan yang mumpuni, serta rekam jejak yang baik. Dengan cara itu, penerjemah bisa bertahan, bahkan melebarkan sayap melayani lebih banyak klien. 

Selain itu, penerjemah yang ingin bertahan di arena juga harus pandai berstrategi, serta menguasai seluk-beluk arena tempat ia berkiprah. Salah satu strategi agar bisa menguasai arena adalah bergabung dalam asosiasi profesi penerjemah, seperti HPI (Himpunan Penerjemah Indonesia) atau IPPI (Ikatan Penerjemah Pemerintah Indonesia). Dengan bergabung dalam asosiasi profesi, penerjemah dapat mengenal kolega atau kawan seprofesinya. Selain itu, dengan berjejaring, kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan juga makin besar. 

Asosiasi profesi juga dapat menyediakan advokasi jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan sehubungan dengan praktik profesional sebagai penerjemah. Manfaat lainnya, penerjemah juga dapat wawasan mengenai standar tarif profesional dalam penyediaan jasa agar mampu menentukan kompensasi yang layak untuk tingkat kepakarannya. 

Menjadi Penerjemah Profesional Butuh Pengalaman dan Latihan 

Terakhir, yang tak kalah pentingnya, ingatlah bahwa predikat profesional tidaklah didapatkan secara ujug-ujug. Ada proses panjang dan cukup melelahkan yang harus dilalui. Proses panjang yang harus dilalui oleh penerjemah profesional ini adalah latihan, latihan, dan latihan. Latihan ini juga ditempuh dengan terlibat dalam proyek-proyek penerjemahan aktual. Kemampuan menerjemahkan harus terus diasah dengan disiplin dan berkelanjutan selama seseorang menjalani profesi sebagai penerjemah

Mengapa demikian? Dunia ini adalah ruang yang terus mengalami perkembangan. Begitu pula bahasa, dinamis adanya. Diksi baru terus bertambah, ragam gaya bahasa baru lahir lewat berbagai medium. Dunia, manusia, dan kulturnya terus bergerak, begitu pula alat komunikasinya. 

Oleh karena itu, penerjemah yang profesional adalah ia yang bisa mengatasi kemalasannya untuk terus memperkaya pengetahuan dan kecakapan. Tidak hanya terus menerjemahkan, tetapi juga gemar membaca dan memperbarui penguasaan keilmuannya tentang penerjemahan, mulai dari akarnya hingga perkembangannya di dunia kontemporer. Tanpa upaya pengembangan diri berkelanjutan,  cepat atau lambat penerjemah yang malas akan terlibas oleh penerjemah profesional yang siap mengatasi tantangan dan kesulitan ini. 

×