Apa Itu Industri Pelokalan?

Industri pelokalan adalah sebuah jaringan. Industri ini terdiri atas perusahaan yang menyediakan layanan penerjemahan dan komunikasi untuk bisnis yang ingin menghadirkan produk dan menjalankan komunikasi pemasaran agar sesuai dengan pasar lokal di berbagai belahan dunia.

Pelokalan sendiri sejatinya adalah elemen yang selalu hadir dalam setiap industri, apalagi bila industri itu harus berhubungan dengan orang-orang dengan latar belakang kultur, termasuk bahasa, yang berbeda.

Pelokalan ibarat mencoba masuk dalam dunia orang dari kebudayaan lain, mencoba melihat bagaimana kesehariannya, dan mencoba memahami gaya hidup atau sudut pandangnya. Misalnya, ketika bertandang ke rumah seseorang, kita biasanya akan berusaha menghormati tata cara di rumah itu dan berperilaku sesuai aturan yang diizinkan.

Dalam lingkungan baru, kita sewajarnya akan berusaha untuk melakukan berbagai adaptasi. Tujuannya, agar aktivitas yang kita jalankan dapat diterima sebagai bagian dari lingkungan tersebut, dan akhirnya, berjalan dengan mulus.

Nah, adaptasi semacam inilah yang menjadi jantung industri pelokalan. Kita lihat sebuah contoh konkret untuk mendapatkan gambarannya. Sebuah perusahaan waralaba makanan asal Amerika Serikat ingin memasarkan produknya di Indonesia. Supaya bisa memikat konsumen Indonesia, mereka menciptakan menu khas Indonesia, misalnya McDonald’s dengan menu Burger Rendang. Contoh lainnya, Netflix menerjemahkan situsnya ke dalam bahasa Indonesia, lalu melokalkan informasi navigasi dan fitur situsnya sesuai dengan pemahaman orang Indonesia, salah satunya dengan menyediakan metode pembayaran yang populer di Indonesia, seperti  GoPay dan transfer melalui berbagai bank yang ada di Indonesia.

Dengan melakukan pelokalan, perusahaan yang ingin melakukan ekspansi global, semacam McDonald’s dan Netflix, dapat memasarkan produk dan layanan mereka dengan konten  informasi yang sesuai dengan konteks budaya, bahasa, politik, hukum, dan bisnis di tiap-tiap negara konsumen. Dengan demikian, produk atau layanannya terasa lebih dekat dan relevan dengan konteks calon konsumen. Harapannya, hal ini dapat meningkatkan minat konsumen pada produk yang mereka pasarkan. 

Wujud industri pelokalan adalah jejaring perusahaan LSP atau Language Service Provider, dalam bahasa Indonesia, Penyedia Jasa Bahasa. Jejaring perusahaan ini merespons kebutuhan perusahaan yang tidak sekadar ingin masuk pasar baru, tapi juga ingin berinteraksi dan melebur dengan pasar itu. 

Oleh karena itu, mereka butuh melokalkan apa yang mereka jual. Rantai supply dan demand inilah yang membuat pelokalan bukan lagi sekadar sebuah teknik alih bahasa, ia sudah berkembang menjadi sebuah aktivitas industri yang kompleks. 

Pemain Industri Pelokalan Dunia

Secara global, industri pelokalan yang digerakkan oleh LSP sedang berkembang cukup pesat. Nimdzi mencatat nilai industri layanan bahasa mencapai 64,7 miliar USD pada 2022, dan diperkirakan akan tumbuh menjadi 69,3 miliar USD pada 2023.

Pada 2020, akibat pandemi, tingkat pertumbuhan tahunan gabungan atau compound annual growth rate (CAGR) pasar menjadi 6,0%, turun dari 6,2% dan 6,8% dari tahun-tahun sebelumnya. Namun, setelah 2021 terjadi rekor pertumbuhan, yaitu peningkatan sebesar 10% dibandingkan tahun 2020.

Tahun lalu, Nimdzi memperkirakan bahwa tidak realistis untuk mengharapkan tingkat pertumbuhan yang luar biasa ini bisa berlanjut. Namun, industri ini ternyata tumbuh lebih cepat dibanding periode sebelum Maret 2020. Ini terjadi karena LSP berhasil melakukan adaptasi terhadap perubahan pasar. Maka dari itu, pada Maret 2022, Nimdzi memproyeksikan CAGR sebesar 7,0% untuk tahun-tahun mendatang. Walaupun ada ketidakpastian ekonomi, CAGR pasar diprediksi tetap tumbuh dan akan mencapai 90,8 miliar USD pada 2027.

Beberapa nama yang memainkan perannya dengan baik dalam industri pelokalan global ini di antaranya adalah LanguageLine Solutions, Iyuno, Acolad Group, Welocalize, dan Hogarth Worldwide. Lima nama ini adalah perusahaan LSP yang mencantumkan pelokalan dalam salah satu bisnis utamanya. Selama 2022, menurut “Ranking of the Top 100 LSPs” Nimdzi, pendapatan kelima perusahaan ini berkisar antara 281–836 juta USD.

Secara geografis, kelima LSP ini berada di Amerika Serikat dan Eropa. Begitu juga LSP lainnya dalam rangking 100 teratas Nimdzi yang secara umum berbasis di Amerika, Eropa, dan Australia. Untuk Asia, yang tercatat dalam rangking tersebut adalah LSP dari Jepang, Taiwan, Tiongkok, Singapura, dan Korea Selatan. Sementara itu, tidak ada LSP dari belahan Afrika yang tercatat pada daftar tersebut. 

Dalam rangking yang dirilis Nimdzi, memang belum ada LSP dari Indonesia yang tercatat. Akan tetapi, perusahaan LSP di tanah air, bersama pada praktisi pelokalannya, adalah bagian dari mata rantai produksi dalam industri pelokalan global. Kontribusi itu diberikan lewat pengelolaan proyek-proyek pelokalan oleh LSP Indonesia yang disubkontrakkan dari LSP luar negeri. Praktisi alih bahasa di Indonesia juga menjadi tenaga lepas bagi penyedia jasa bahasa dari luar negeri, atau bergabung dengan penyedia jasa bahasa di Indonesia yang bekerja sama dengan LSP luar negeri. Artinya, LSP di Indonesia rata-rata masih menjadi tangan kedua dari penyedia jasa bahasa tingkat global.

Masa Depan Industri Pelokalan 

Melihat geliat pasar yang makin tanpa batas, posisi industri pelokalan menjadi amat strategis. Para pengusaha makin menyadari bahwa pengalihbahasaan bukanlah sekadar penerjemahan kata tanpa konteks. Untuk memasarkan produknya secara global, pengusaha harus mengalihbahasakan, sekaligus melokalkan, produknya sehingga dapat memenuhi ekspektasi para konsumen. 

Penyedia jasa bahasa juga harus melihat “ceruk” bisnis yang ternyata sangat besar ini. Mereka harus memilih tim alih bahasa yang mumpuni dalam melokalkan teks sekaligus familier dengan perkembangan teknologi terjemahan. Kini, banyak perusahaan di dunia yang mencari LSP dengan kemampuan mengintegrasi dan mengotomasi proses pelokalan.

Oleh karena itu, penyedia jasa bahasa harus siap sedia dengan pertanyaan-pertanyaan semacam ini ketika mereka dihadapkan pada sebuah produk yang akan dipasarkan di daerah tertentu:

  • Konten mana yang harus dilokalkan?
  • Bagaimana cara meningkatkan mutu sebuah konten agar terasa lebih “lokal” dan berdampak bagi konsumen setempat?
  • Konten mana yang lebih mudah dibaca untuk kelompok audiens tertentu?
  • Konten apa yang akan berdampak paling besar?
  • Bagaimana cara memastikan agar konten yang dialihbahasakan sesuai dengan citra merek, tersaji dengan nada yang selaras, tidak ofensif, dan sesuai untuk pasar yang dituju?

Sumber: 

https://www.lionbridge.com/content/dam/lionbridge/the-future-of-the-localization-industry-(multilingual)/Lionbridge-Multilingual-Magazine-2021.pdf

https://www.smartling.com/resources/101/lsp-language-service-provider/

https://smallbusiness.chron.com/localization-industry-18177.html

https://slator.com/what-language-service-providers-need-to-know-about-digital-accessibility/

https://www.proz.com/

https://www.nimdzi.com/nimdzi-100-top-lsp/#the-nimdzi-100-ranking

https://www.circuitmagazine.org/dossier-134/the-localization-industry-and-its-impact-on-our-daily-life

Hubungi kami

×