Post-editing atau penyuntingan hasil terjemahan mesin merupakan layanan baru di industri penerjemahan yang kian populer hari ini.

Layanan ini muncul seiring dengan penggunaan mesin terjemahan untuk menunjang produksi pengalihbahasaan.

Ketidaksanggupan mesin terjemahan mengenali konteks di dalam sebuah tulisan, serta menerjemahkan kalimat yang kompleks membuat peran manusia sebagai penyunting yang melakukan aktivitas pascapenyuntingan begitu penting. Maka lahirlah layanan jasa post-editing atau penyuntingan.

Kendati mesin terjemahan memungkinkan hasil pengalihbahasaan yang cepat dan ekonomis, mesin terjemahan belum mampu menyaingi kecakapan penerjemah manusia.

Kali ini kami mengajakmu mengenal bagaimana peran penting manusia dalam layanan post-editing menyempurnakan hasil pengalihbahasaan yang dilakukan mesin.

Post-editing di keseharian

Dalam keseharian, penyunting yang mengerjakan post-editing pada dasarnya melakukan tugas penyuntingan seperti umumnya.

Bedanya, mereka menyunting, membenahi, serta memoles hasil terjemahan yang sebelumnya diproses oleh mesin terlebih dahulu.

Kendati diterjemahkan oleh mesin, penyunting tidak boleh lengah dalam membenahi hasil terjemahan. Bahkan dalam beberapa kasus, penyunting harus bekerja lebih jeli, sebab mesin tidak dapat menganalisis konteks dan riskan menyebabkan hasil terjemahan meleset dari semestinya.

Kapan menggunakan layanan post-editing?

Jenis teks yang paling cocok menggunakan mesin terjemahan merupakan dokumen ilmiah maupun teknis. Hal ini dikarenakan, semakin kompleks bidang ilmiah/teknis, dan kian spesifik terjemahan kata yang dibutuhkan, maka semakin besar kemungkinan mesin mengkurasi kata yang paling tepat.

Boleh jadi, meski tetap diperlukan, pekerjaan post-editing jauh lebih mudah ketika menangani hasil terjemahan mesin dokumen ilmiah/teknis.

Sementara itu, jenis dokumen yang sangat membutuhkan jasa layanan post-editing merupakan dokumen teks yang membutuhkan interpretasi tinggi seperti karya sastra puisi, novel, cerpen dsb.

Dokumen dengan interpretasi tinggi seperti karya sastra justru sangat tidak direkomendasikan dialihbahasakan menggunakan mesin terjemahan.

Sebab, ketidaksanggupan mesin mengenali konteks dan rasa dalam lekuk tulisan sastra dapat membuat penyunting bekerja ekstra keras dengan menerjemahkan ulang seluruh tulisan.

Terjemahan mesin vs terjemahan manusia

Mesin terjemahan memang memungkinakan proses pengalihbahasaan menjadi lebih cepat dan ekonomis, akan tetapi tidak menjamin kualitas pengalihbahasaan yang lebih baik daripada penerjemah manusia.

Sementara itu, hasil terjemahan mesin yang disunting manusia melalui layanan post-editing, meski proses pengerjaannya memakan waktu lebih lama dan biayanya sedikit lebih mahal ketimbang proses alihbahasa mesin secara mentah, dapat lebih menjamin akurasi penerjemahan yang profesional.

Post-editing juga memungkinkan hasil terjemahan lebih peka dengan budaya dan lokalitas bahasa sasaran.

Dan yang jelas, post-editing lebih cepat ketimbang penyuntingan yang dokumennya diterjemahkan oleh manusia.

Hubungi kami

×